Jamaah
Jum’at yang dirahmati Allah
Di negara
kita banyak sekali pendakwah-pendakwah yang memberikan siraman rohani terhadap
umatnya. Baik dalam lingkup nasional maupun lingkup desa. Akan tetapi, apakah
dengan banyaknya pendakwah-pendakwah tersebut membawa pengaruh terhadap
perilaku kehidupan umat manusia? apakah semakin hari semakin bertambah umat
yang baik, apakah semakin hari orang banyak yang berbondong-bondong menuju
tempat ibadah? Apakah semakin hari moral umat manusia semakin baik dan
meningkat?
Kita
bisa mengintroseksi diri kita, apakah perilaku kita berubah, amal ibadah kita
meningkat setelah kita mendengarkan ceramah-ceramah , khutbah atau
pengajian-pengajian. Kita bisa introspeksi diri kita sendiri.
Selain
itu, kita bisa melihat lingkungan kita. Berita-berita di televisi maupun media
massa lainnya saat ini banyak menyuguhkan berita tentang kemerosotan moral
manusia. Mulai dari pejabat yang korupsi, main suap, mengkonsumsi narkoba. Juga
kalangan remaja yang sudah tanpa malu melakukan free sex atau perzinaan bahkan
direkam dan disaksikan oleh teman-temannya, pencurian, perampokan, pembunuhan dan
masih banyak lagi berita tentang dekadensi moral yang terjadi di sekeliling
kita.
Padahal,
sebagaimana kita ketahui di negara kita banyak sekali pendakwah-pendakwah yang
mengajak kepada kebaikan. Setiap hari utamanya pada bulan Ramadhan banyak
sekali penceramah yang memberikan siraman rohani ataupun nasehat-nasehat yang
baik. Allah berfirman dalam surat Al-
Asr:
Artinya
: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Jika
nasehat-nasehat sudah tidak dianggap. Apa yang terjadi? Tentu saja. Yang terjadi
adalah kemerosotan moral bahkan kalau tetap dibiarkan akan terjadi kemerosotan
moral yang mengerikan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Pada kesempatan kali ini, saya mengingatkan kepada diri saya
sendiri secara khusus dan kepada hadirin pada umumnya untuk senantiasa
memperbaiki ataupun menjaga moral kita. Sebab, kita tentunya tidak menunggu
teguran dari Tuhan sebab kelalaian kita dalam melanggar larangan-larangan-Nya. Sebagaimana
firman Allah:
Artinya:
“ telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.
Ar-Rum:41)
Kalau
kita mencermati bahwa kerusakan alam terjadi akibat kerakusan manusia yang tak
bijaksana dalam mengeksploitasi kekayaan alam. Kerakusan adalah kebalikan dari
sifat qonaah. Sifat rakus yang terdapat dalam diri manusia merupakan
kemerosotan moral yang dimiliki.
Hadirin
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Kita semua tahu bahwa selain diberi hati nurani yang
senantiasa menegakkan sifat-sifat ketuhanan (al-khuluq), dalam diri kita juga
terdapat hawa nafsu yang cenderung tergiur oleh materi. Setiap saat terjadi
tarik menarik antara keduanya. Jika kemenangan dipihak nafsu, maka manusia akan
turun derajat dan moralnya. Sedangkan jika hati nurani mampu mengungguli nafsu,
orang tersebut akan naik derajatnya dimata makhluk maupun di sisi Tuhannya.
Jam’ah Jum’ah rahimakumullah
Kata moral sering diidentikkan
dengan budi pekerti, adab, etika, tata krama dan sebagainya. Dalam bahasa arab
sering disebut dengan kata al-akhlaq atau al-adab. Al-Akhlaq
merupakan bentuk jamak dari kata “al-khuluq”, artinya budi pekerti atau
moralitas. Kata yang disebutkan hanya dua kali dalam al-Quran pertama dalam
al-Syu’ara 137 yang berbunyi:
إِنْ
هَذَا إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ
Yang artinya: “(agama kami) ini
tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.”
dan yang kedua dalam surat al-Qalam 4;
dan yang kedua dalam surat al-Qalam 4;
وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.”
Dalam agama Islam, Kristen, Hindu maupun Budha, moral adalah pondasi yang harus kuat dan tetap utuh. Kehidupan tanpa moral bagaikan tubuh tanpa kepala. Tidak akan disebut tubuh yang sempurna jika kepala itu tidak ada. Maka demikian, kehidupan tanpa adanya landasan moral tidak akan sempurna.
Dalam ajaran Budha juga menganggap bahwa
moral merupakan nilai yang diharuskan untuk setiap umat yang salah satunya
menyebutkan, ‘Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami’ yang artinya, “aku bertekad
akan melatih diri menghindari pencurian/mengambil barang yang tidak diberikan.”
Rasulullah Saw. Sendiri diutus oleh Allah adalah untuk
menyempurnakan moral yang mulia (makarimal akhlak).
Hadirin
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Kemerosotan
moral ini bisa menimpa siapa saja. Tidak peduli ia berkedudukan atau berjabatan
tinggi. Tidak peduli ia berparas cantik menawan ataupun jelek. Tidak peduli ia
kaum berduit atau kaum papa. Sepandai apapun orangnya sampai bergelar kesarjanaan
tinggi, ia bisa terjerat oleh hawa nafsunya. Sebab Allah telah mengunci hati
dan pendengarannya, sebab mereka memenangkan hawa nafsunya. Allah berfirman:
Artinya:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Lalu bagaimana upaya kita menyelamatkan moral yang selama
ini tercecer di lembah hiruk pikuknya nafsu? Salah satu sebab utama merosotnya moral adalah
hilangnya keyakinan (iman) terhadap Tuhan, hari akhir dan balasan
surga-neraka. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menjaga moral kita adalah
dengan banyak ingat kepada Allah atau dzikrullah.
Hadirin Jamaah Jum’at Yang berbahagia
Dzikir adalah sesuatu yang ringan karena berupa ucapan tapi sangat besar
faedahnya bagi kita semua.. Tapi diantara kita kebanyakan lalai karena
kesibukan kita setiap hari.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pernah berkata, “Dzikir bagi hati
ibarat air bagi ikan. Apa jadinya bila ikan dikeluarkan dari air?”
Pernyataan Ibnu Taimiyyah tersebut patut kita renungkan. Apakah memang hati
kita telah mendapat nutrisi yang baik atau belum? Sebab, nutrisi yang bernama
dzikir ini sangatlah penting bagi hati. Hati yang tidak pernah berdzikir
mengingat Allah, maka bisa jadi nantinya akan mati. Dan
bila hati telah mati, maka hawa nafsu yang akan selalu bicara.
Adapun diantara faedah dzikir
adalah:
Pertama, dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan roh. Apabila
seorang hamba kehilangan dzikir itu, maka dia laksana tubuh yang tidak
mendapatkan makanan pokok.
Abu Musa al-Asy’ari
meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Perumpamaan
orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya
laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhori)
Kedua, dzikir dapat
menghilangkan kesedihan dan kegelisahan dalam hati. Dengan dzikir maka hati
menjadi damai dan tenang. Seperti dalam syi’ir Jawa yang berbunyi, “tombo
ati iku limo ing wernane, kaping pisan moco Qur’an lan maknane, kaping pindo
sholat wengi lakonono, kaping telu wong kang sholeh kumpulono, kaping papat
weteng kudu ingkang luwe, kaping limo dzikir wengi ingkang suwe.”
Salah
satu obat hati adalah dzikir yang lama di malam hari. Disaat orang terlelap
dalam mimpi, kita bangun sholat dan dzikir.
Allah berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram.” (QS. Ar-Ra’d:28)
Ketiga, dzikir membuat hamba diingat oleh Allah. Ketika seorang
hamba berdzikir mengingat Allah, maka Allah pun mengingatnya. Alangkah
bahagianya jika kita selalu diingat oleh Tuhan yang menciptakan kita.
“Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. Dan
bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS.
AL-Baqoroh:152)
Keempat, orang yang
senantiasa berdzikir atau mengingat Allah akan dijauhkan dari maksiat. Ketika dia
terus menerus mengingat Allah dan mengetahui bahwa Allah melihat apa yang
dilakukannya niscaya dia akan malu dan takut melakukan maksiat. Coba kita
bayangkan, pasti tidak ada orang yang sebelum mabuk, minum-minuman keras baca “bismillahirrohmanirrohim”
atau orang yang mendatangi lokalisasi atau hotel dengan pasangan tak resmi baca
“alhamdulillahirobbil ‘alamin” seusai kencan. Dzikir menjauhkan dari
maksiat.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah
Sebagaimana yang telah saya sebutkan
diatas bahwa kemerosotan moral akibat manusia telah menghilangkan keberadaan
Tuhan dalam dirinya. Oleh karena itu, seperti yang diungkapkan oleh Prof.
Jaques Barzun. Kita harus mengembalikan
Tuhan kepada kedudukanNya yang sesungguhnya. (restore god to the fullness of
his reality)
Salah satu cara menghadirkan Tuhan
adalah dengan selalu mengingat-Nya. Dzikir bisa kita lakukan dimana saja. Di tempat
kerja, di tempat ibadah, dikeramaian, dan lain-lain. Mungkin karena kesibukan
kita dan keluarga sehingga kita bisa lupa untuk dzikir atau ingat Allah, alangkah
indahnya jika dzikir ini diprogramkan. Misalnya, dalam keluarga mempunyai
program sholat maghrib berjamaah di rumah dengan keluarga dan kemudian diisi
dzikir bersama atau mungkin disekolahan-sekolahan diprogramkan sebulan sekali
untuk dzikir bersama. Walau biasanya dan kebanyakan dzikir bersama diadakan
setahun sekali menjelang ujian saja. Tentu saja, dzikir bersama ini bukan hanya
bertujuan agar diberi kelancaran dalam ujian atau belajar. Akan tetapi juga
menjaga perilaku siswa dari dekadensi moral. Atau mungkin di kantor-kantor juga
diprogramkan dzikir bersama agar para pegawai menjadi pegawai yang bisa menjaga
moralnya, dan lain sebagainya.
Hadirin Jamaah Jum’at yang berbahagia
Kiranya cukup sekian yang bisa saya
sampaikan. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah Swt dari pengaruh hawa nafsu
yang senantiasa menjerumuskan kita dalam kesesatan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. َقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. َقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
0 komentar:
Posting Komentar