Kamis, 07 Mei 2015

Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah

Dalam Islam terdapat bulan yang didalamnya ada peristiwa bersejarah. Bulan Ramadhan ada peristiwa Nuzulul Quran, bulan Muharom ada peristiwa hijrahnya Nabi dari Mekah ke Madinah, bulan Rabiul Awwal kelahiran Nabi Muhammad, bulan Dzulhijjah bulan haji, dan bulan Rajab ini terdapat peristiwa yang sangat luar biasa, yaitu Isra’ dan Mi’raj.

Isra’ Mi’raj ini adalah peristiwa yang sangat luar biasa karena Nabi Muhammad dalam melaksanakan perjalanan mulai dari Masjidil Harom di Mekah menuju Masjidil Aqsho Palestina kemudian naik ke langit sampai ke Sidrotul Muntaha kemudian kembali lagi menuju Mekah hanya memakan waktu tidak lebih dari sepertiga malam. Oleh sebab itu, Allah dalam menceritakan Isra’ Mi’raj ini dalam surat Al-Isra’ ayat 1 dimulai dengan kalimat tasbih. Subhanalladzi. Maha Suci Dzat. Maha Suci Allah dari segala kekurangan, Maha Suci Allah dari Kelemahan, Maha Suci Allah dari Ketidakmampuan. Allah mempertaruhkan kesucian-Nya untuk memberikan jaminan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah benar-benar terjadi.

Sebenarnya dalam Al-Quran banyak bercerita tentang peristiwa yang luar biasa. Akan tetapi tidak ada yang dimulai dengan kalimah tasbih. Allah menceritakan peristiwa tentang Firaun ditenggelamkan dalam laut merah. Tidak dimulai dengan tasbih. Allah menceritakan ketika Nabi Ibrahim dibakar, tidak dimulai dengan tasbih. Hanya peristiwa Isro’ Mi’roj ini Allah memulai dengan tasbih.

سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١ 

Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Hadirin rahimakumullah

Perjalanan Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa yang pasti terjadi. Karena dalam ayat tadi mengatakan ‘asra’ yang memperjalankan. Jadi, Allah yang memperjalankan dan Nabi yang dijalankan. Kalau Allah yang memperjalankan sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin bagi manusia bisa mungkin. Karena Allah yang menghendaki. Berbeda jika perjalanan Isra’ Mi’raj ini atas kehendak Nabi sendiri dan Nabi berjalan sendiri waktu semalam tidak akan cukup untuk sampai dari Mekah ke Palestina.
Lalu kenapa perjalanan Isra’ mi’raj ini dilakukan pada malam hari? Tidak siang hari yang terang benderang? Imam as-Suyuthi mengatakan tentang hikmah perjalanan isra dilakukan di malam hari karena malam hari adalah waktu yang tenang menyendiri dan waktu yang khusus. Itulah waktu shalat yang diwajibkan atas Nabi, sebagaimana dalam firman-Nya, “Berdirilah shalat di malam hari” (QS. Al-Muzammil: 2)

Dan kenapa perjalanan Isra mi’raj Nabi mampir dulu ke Masjidil Aqsho? Kenapa tidak langsung menuju ke langit ketujuh ke Sidrotul Muntaha? Abu Muhammad bin Abi Hamzah mengatakan, “Hikmah perjalanan isra menuju Baitul Maqdis sebelum naik ke langit adalah untuk menampakkan kebenaran terjadinya peristiwa ini dan membantah orang-orang yang ingin mendustakannya. Apabila perjalanan isra dari Mekah langsung menuju langit, maka sulit dilakukan penjelasan dan pembuktian kepada orang-orang yang mengingkari peristiwa ini. Ketika dikatakan bahwa Nabi Muhammad memulai perjalanan isra ke Baitul Maqdis, orang-orang yang hendak mengingkari pun bertanya tentang ciri-ciri Baitul Maqdis sebagaimana yang pernah mereka lihat, dan mereka pun tahu bahwa Nabi Muhammad belum pernah melihatnya. Saat Rasulullah mengabarkan ciri-cirinya, mereka sadar bahwa peristiwa isra di malam itu benar-benar terjadi. Kalau mereka membenarkan apa yang beliau katakan tentang isra konsekuensinya mereka juga harus membenarkan kabar-kabar yang datang sebelumnya (risalah kenabian). Peristiwa itu menambah iman orang-orang yang beriman dan membuat orang-orang yang celaka bertambah keras bantahannya
Hadirin rahimakumullah

Apa tujuan dari Isra’ dan Mi’raj ini? Dalam ayat selanjutnya berbunyi linuriyahu min ayatina. Isra’ dan mi’raj ini untuk memberitahu kepada Nabi Muhammad sebagian kecil tanda-tanda kebesaran Tuhan untuk selanjutnya disampaikan kepada umatnya sebagai pelajaran. Allah juga berfirman dalam surat An-Najm.

وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ ١٣  عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ ١٤  عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ ١٥ إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ ١٦  مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ ١٧ لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ ١٨

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).

Selain itu, dalam perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi melihat kejadian yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran bagi umatnya. Umpama, Nabi melihat ada orang yang memotong lidahnya sendiri. Ketika lidah tersebut habis, tumbuh lagi kemudian dipotong lagi begitu seterusnya. Nabi bertanya kepada Jibril yang menemani Beliau, “Siapa orang itu Jibril?” Jibril menjawab “itu adalah orang yang suka berbohong, berkata jelek, memfitnah”
Kemudian Nabi melihat lagi orang yang dikerubuti segala macam binatang melata, kemudian ia menggaruk-garuk kulitnya sendiri sampai kulitnya terkelupas habis. Setelah kulitnya habis, tumbuh lagi digaruk lagi sampai habis begitu seterusnya. Nabi bertanya, “Siapa orang itu Jibril?” Jibril menjawab, “Itu orang yang melukai tubuh sendiri dengan menggaruk-garuknya adalah orang yang didunia suka menyakiti hati orang beriman.”

Dan masih banyak sekali kejadian yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini.

Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia

Tujuan yang paling besar dan inti dari perjalanan isra mi’raj adalah disyariatkannya shalat. Dengan melaksanankan shalat wajib tersebut seorang hamba menegakkan sebuah kewajiban ubudiyah yang mampu meredam hawa nafsu, menanamkan akhlak-akhlak mulia di dalam hati, menyucikan jiwa dari sifat penakut, pelit, keluh kesah, dan putus asa. Dengan shalat kita bisa memohon pertolongan kepada Allah dari permasalahan yang kita hadapi. Allah Ta’ala berfiman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٣

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Juga Firman Allah:
 ۞إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا ١٩ إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعٗا ٢٠  وَإِذَا مَسَّهُ ٱلۡخَيۡرُ مَنُوعًا ٢١  إِلَّا ٱلۡمُصَلِّينَ ٢٢ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَلَىٰ صَلَاتِهِمۡ دَآئِمُونَ ٢٣

Artinya: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (QS. Al-Ma’arij: 19-23)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang senantiasa berdiri (shalat) bermunajat kepada Rabbnya, sampai-sampai beliau menemukan kenikmatan dalam mengerjakan shalat. Beliau bersabda,
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاةِ
Dan dijadikan penyejuk hatiku di dalam shalat.”

Kemudian pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.

أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِدُلُوكِ ٱلشَّمۡسِ إِلَىٰ غَسَقِ ٱلَّيۡلِ وَقُرۡءَانَ ٱلۡفَجۡرِۖ إِنَّ قُرۡءَانَ ٱلۡفَجۡرِ كَانَ مَشۡهُودٗا

Artinya: “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”

Dari segi penerimaan sholat itu sudah istimewa. Allah memerintahkan umat Islam puasa, memerintahkan umat yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji, memerintahkan zakat cukup turun ayat, tapi Allah perintah umat Islam sholat tidak cukup sekedar turun ayat, Nabi nya langsung dipanggil. Dari segi penerimaan, sholat sudah istimewa. Benar kalau nabi mengatakan. Inna masala sholati fiddin kamasali ro’si fil jasad. “Kedudukan sholat dalam agama sama dengan kedudukan kepala dalam anggota manusia.” Kita yakin manusia tidak punya sebelah tangan mungkin masih bisa hidup. Manusia tidak punya sebelah kaki barangkali masih bisa hidup. Tapi manusia tak kan bisa hidup tanpa kepala. Begitulah kita lihat kedudukan sholat ini didalam agama. Begitu pentingnya, sampai untuk menerima perintah sholat Allah langsung memanggil Nabi kita Muhammad SAW.

Besok di hari kiamat, karena pentingnya masalah sholat ini. Hal yang pertama kali ditanyakan adalah masalah sholat.
أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة الصلاة، فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله رواه الطبراني

Amal pertama kali akan dihisab untuk seorang hamba di hari kiamat nanti adalah shalat. Maka apabila Shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika sholatnya buruk, rusaklah semua amalnya. (HR. Thabrani).

Ma’asyirol Muslimin rohimakumullah

Seyyed Hossein Nasr mengatakan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat Islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita bisa tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.

Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”


Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bersemangat dalam mengerjakan shalat dan tidak lalai dalam mengerjakannya. Semoga shalat menjadi penyejuk hati kita dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Rabb kita. Amin..
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!