Minggu, 13 Juli 2014

Hadirin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.

Di dalam setiap ibadah yang diperintahkan oleh Allah terhadap muslim terdapat sekurang-kurangnya dua hal pokok, yaitu hal-hal yang primer atau wajib dan yang bersifat sekunder atau sunah. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa setiap ibadah mempunyai aspek wajib dan aspek sunah.

Sesuatu yang disebut wajib harus dikerjakan, tidak boleh ditinggalkan. Diberi pahala (ganjaran) bagi yang mengerjakannya dan diberi hukuman (siksaan) bagi yang meninggalkannya. Tetapi sesuatu yang disebut sunah adalah sesuatu yang boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, tetapi bagi yang mengerjakannya diberi pahala dan yang meninggalkannya tidak dapat hukuman apa-apa. Yang sunah sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Yang wajib merupakan hal yang pokok, sedangkan yang sunah merupakan hal cabang. Yang wajib adalah unsur utama dan pertama, sedangkan yang sunah adalah unsur pelengkap dan kedua.

Puasa Ramadhan dalam pandangan agama kita merupakan sesuatu yang wajib. Karena itu, seorang muslim yang berpuasa diberi ganjaran pahala oleh Allah, sedangkan yang meninggalkannya akan mendapat dosa dan akan siksaan Allah swt. Di dalam puasa terdapat banyak unsur pelengkap yang dinamakan aksesoris puasa, yaitu hal-hal yang sangat dianjurkan dan disunahkan untuk dilakukan seiring dengan pelaksanaan puasa Ramadhan..

Puasa itu bagaikan sebuah rumah. Sebuah rumah mesti memliki unsur utama dan unsur pelengkap. Unsur utama rumah adalah semua bagian-bagian yang penting dari rumah itu. Rumah harus memiliki fondasi, tiang, memiliki tembok, memiliki atap, memiliki pintu, memiliki jendela, dan lain-lain.

Unsur pelengkap rumah adalah perabot-perabotnya. Unsur pelengkap rumah bagi setiap orang bisa berbeda-beda.Ada orang yang memliki rumah yang perabot-perabotnya lengkap, ada orang yang perabot-perabotnya kurang, dan bahkan ada orang yang perabot-perabot rumahnya sangat minim. Di antara perabot-perabot rumah itu ialah kursi dan meja tamu, tempat tidur, lemari, meja tulis, AC, kulkas, dll. Dapat dibayangkan kalau kita tinggal di sebuah rumah yang tidak ada perabot-perabotnya.

Demikianlah pula puasa itu, di samping harus memiliki unsur-unsur utama, juga harus dilengkapi dengan unsur-unsur pelengkap di antaranya:
1. Membaca Al-Qur’an
2. Berzikir
3. Qiyamul lalil (salat malam)
4. Bersedakah
5. I’tikaf di Masjid
6. Melakukan umrah Ramadhan
7. Menghidupkan lailatul qadr dengan ibadah

Salah satu ciri khas bulan Ramadhan adalah adanya lailatul qadr di dalamnya. Lailatul qadr tidak terdapat pada bulan-bulan yang lain, ia hanya ada pada bulan Ramadhan. Lailatul qadr (malam kemuliaan) adalah suatu malam yang memiliki nilai yang paling tinggi dari malam-malam yang lain. Malam qadr (lalatul qadri), seperti yang digambarkan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an, lebih baik dan lebih utama daripada seribu bulan. Yang dimaksud adalah bahwa suatu amal yang dilakukan pada malam itu lebih baik dan lebih utama daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ 

1. إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ 
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ .2
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ .3  
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ .4   
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [QS Al Qadar: 1 - 5]

Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya ayat Al Qur’an) di atas adalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut.
Para sahabat kagum dan iri karena lelaki Bani Israel tersebut selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan) selalu beribadah dan berjihad kepada Allah karena sejak lahir dia sudah berada di atas agama yang lurus. Sedang para sahabat karena ajaran Islam baru disyiarkan Nabi, banyak yang masuk Islam pada umur 40 tahun atau lebih. Sehingga sisa waktu mereka hanya 20-30 tahun saja. Tak bisa menandingi ibadah lelaki dari Bani Israel tersebut.

Karena itulah turun ayat di atas. Jika ummat islam beribadah pada malam tersebut, niscaya pahalanya sama dengan pahala 1000 bulan. Karena itu perbanyaklah shalat, dzikir, doa, membaca Al Qur’an, bersedekah, dan berjihad di jalan Allah pada malam Lailatul Qadar.

Hadirin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.
Kapan Malam Lailatul Qadar itu Terjadi?
Malam Lailatul Qadar terjadi pada 1 malam ganjil pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan (malam ke 21, 23, 25, 27, atau 29):
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan:
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, ‘Carilah malam qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” [HR Bukhari dan HR Muslim]
Jika berat mencari pada 10 malam terakhir, coba cari pada 7 malam terakhir:
Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa shahabat Nabi SAW melihat lailatul qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.” Muttafaq Alaihi.

Bagaimana Cara Mengisi Malam Lailatul Qadar?
Nabi Muhammad ber-i’tikaf (tinggal di masjid) pada 10 malam terakhir:
Aisyah r.a. berkata, “Nabi apabila telah masuk sepuluh malam (yang akhir dari bulan Ramadhan) beliau mengikat sarung beliau, menghidupkan malam, dan membangunkan istri beliau.” [HR Bukhari]
Nabi juga bersabda : "Barangsiapa mendirikan malam (sholat) Lailatul qodar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lewat diampuni." [Hadits Riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim]
Lalu apa yang dibaca ketika malam Lailatul Qodar? Dari ‘Aisyah ra bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: “bacalah:

Allahumma innaka 'afuwwun karim tuhibbul 'afwa fa' fu'anni
(artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku).” Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud.

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia
Ciri-ciri dari orang yang mendapat Malam Lailatul Qadar adalah dia ibadahnya lebih rajin daripada sebelumnya. Dia jadi lebih rajin shalat, puasa, sedekah, dsb. Tidak berani mengerjakan hal-hal yang maksiat. Tidak mungkin dia mabuk-mabukan, berjudi, atau pun mendekati zina.

Oleh karena itu, Ramadhan yang tinggal beberapa hari ini kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Memperbanyak beribadah kepada Allah, memperbanyak mendekatkan diri kepadaNya disaat orang-orang sudah sibuk meramaikan pasar-pasar. Kita usahakan tetap meramaikan masjid. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan mengampuni segala dosa kita. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. َقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!